PROGRAM STUDI PERC. & MANAJ. JARINGAN KORPORAT
MATERI TENTANG TOGAF
DWI RENO PUSPONEGORO
10142205
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BINA DARMA
2012
MATERI TENTANG TOGAF
DWI
RENO PUSPONEGORO
10142205
TI7AI
PROGRAM
STUDI PERC. & MANAJ. JARINGAN KORPORAT
FAKULTAS
ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS
BINA DARMA
2012
MATERI TENTANG TOGAF
Pengertian The Open
Group Architecture Framework (TOGAF)
Togaf atau
The The Open Group Architecture Framework adalah
salah satu kerangka yang dapat digunakan untuk membangun sebuah enterprise
architecture ( arsitektur enterprise) didalam sebuah organisasi atau
perusahaan. Bahasa simplenya, EA sama dengan restra ( rencana strategis) tetapi
ruang lingkupnya IT dan TOGAF sendiri adalah paduan atau kerangka yang
digunakan untuk membuat restra IT tersebut.
TOGAF memiliki metode yang detail sekaligus tools pendukung untuk mengimplementasikannya. Framework ini dikeluarkan
oleh The Open Group’s
Architecture Framework pada tahun 1995.
Pada awalnya TOGAF digunakan
untuk Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Selanjutnya TOGAF telah diimplementasikan
pada berbagai bidang seperti:
1. Manufaktur
2. Perbankan
3. Departemen
Negara
Struktur dan
Komponen dari TOGAF
Dalam bidang pendidikan TOGAF telah
diimplementasikan oleh Monash
University. Berikut ini adalah struktur dan komponen
dari TOGAF:
1. Architecture Development Method
Architecture Development Method menjelaskan bagaimana menemukan sebuah arsitektur perusahaan/organisasi
secara khusus berdasarkan kebutuhan bisnisnya. Ini merupakan bagian utama
dari TOGAF.
Bentuk struktur dari TOGAF-ADM adalah
seperti pada gambar berikut ini.
Gambar 1 Bentuk
struktur dari TOGAF-ADM
2. Foundation Architecture (Enterprise Continuum)
Foundation Architecture merupakan sebuah “framework-within-a-framework”
yang menyediakan hubungan bagi pengumpulan asset arsitektur yang relevan dan
menyediakan bantuan petunjuk pada saat terjadinya perpindahan abstraksi level
yang berbeda.
Foundation Architecture terdiri dari:
a. Technical Reference Model
Menyediakan sebuah model dan klasifikasi dari platform layanan generik.
b. Standard Information Base
Menyediakan standar-standar dasar dari informasi.
c. Building Block Information Base
Menyediakan blok-blok dasar informasi di masa yang akan datang.
3. Resource Base
Bagian ini memberikan sumber-sumber informasi berupa guidelines, templates, checklists,latar belakang
informasi dan detil material pendukung yang membantu arsitek di dalam
penggunaan Architecture
Development Method.
TOGAF digunakan
sebagai framework untuk arsitektur sistem informasi perguruan tinggi
karenacocok dengan karakteristik perguruan tinggi dan sistem informasinya itu
sendiri, yaitu:
1. Dibutuhkan suatu metoda yang
fleksibel untuk mengintegrasikan unit-unit informasi dan mungkin juga sistem
perencanaan sistem informasi (SI) dengan flatform dan standar yang
berbeda-beda. TOGAF mampu
untuk melakukan integrasi untuk berbagai sistem yang berbeda-beda.
2. TOGAF cenderung merupakan suatu metoda yang bersifat
generik serta fleksibel yang dapat
mengantisipasi segala macam
artefak yang mungkin muncul dalam proses perancangan (karena TOGAF memiliki resource base
yang sangat banyak), standarnya diterima secara luas, dan mampu mengatasi
perubahan.
3. TOGAF mudah diimplementasikan.
4. TOGAF bersifat open source .
Tahapan dari TOGAF ADM
secara ringkas bisa dijelaskan sebagai berikut:
a. Architecture
Vision
Menciptakan keseragaman pandangan mengenai pentingnya
arsitektur enterprise untuk mencapai tujuan organisasi yang dirumuskan
dalam bentuk strategi serta menentukan lingkup dari arsitektur yang akan
dikembangkan. Pada tahapan ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk
mendapatkan arsitektur yang ideal.
b. Business
Architecture
Mendefinisikan kondisi awal arsitektur bisnis, menentukan
model bisnis atau aktivitas bisnis yang diinginkan berdasarkan skenario bisnis.
Pada tahap ini tools dan metode umum untuk pemodelan seperti: BPMN, IDEF
dan UML bisa digunakan untuk membangun model yang diperlukan.
c. Information
System Architecture
Pada tahapan ini lebih menekankan pada aktivitas
bagaimana arsitektur sistem informasi dikembangkan. Pendefinisian arsitektur
sistem informasi dalam tahapan ini meliputi arsitektur data dan arsitektur
aplikasi yang akan digunakan oleh organisasi. Arsitekur data lebih memfokuskan
pada bagaimana data digunakan untuk kebutuhan fungsi bisnis, proses dan layanan.
Teknik yang bisa digunakan dengan yaitu: ER-Diagram, Class Diagram,
dan Object Diagram. Pada arsitektur aplikasi lebih menekan pada bagaimana
kebutuhan aplikasi direncanakan dengan menggunakan Application Portfolio Catalog,
serta menitik beratkan pada model aplikasi yang akan dirancang. Teknik yang bisa
digunakan meliputi: Application Communication Diagram, Application
and User Location Diagram dan lainnya.
d. Technology
Architecture
Membangun arsitektur teknologi yang diinginkan,
dimulai dari penentuan jenis kandidat teknologi yang diperlukan dengan
menggunakan Technology Portfolio Catalog yang meliputi perangkat lunak
dan perangkat keras. Dalam tahapan ini juga mempertimbangkan alternatifalternatif
yang diperlukan dalam pemilihan teknologi. Teknik yang digunakan meliputi Environment
and Location Diagram, Network Computing Diagram, dan lainnya.
e. Opportunities
and Solution
Pada tahapan ini lebih menekan pada manfaat yang
diperoleh dari arsitektur enterprise yang meliputi arsitektur bisnis,
arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi, sehingga menjadi
dasar bagi stakeholder untuk memilih dan menentukan arsitektur yang akan
diimplementasikan. Untuk memodelkan tahapan ini dalam rancangan bisa
menggunakan teknik Project Context Diagram dan Benefit Diagram.
f. Migration
Planning
Pada tahapan ini akan dilakukan penilaian dalam menentukan
rencana migrasi dari suatu sistem informasi. Biasanya pada tahapan ini untuk pemodelannya
menggunakaan matrik penilaian dan keputusan terhadap kebutuhan utama dan pendukung
dalam organisasi terhadap impelemtasi sistem informasi.
g.
Implementation Governance
Menyusun rekomendasi untuk pelaksanaan tatakelola
implementasi yang sudah dilakukan, tatakelola yang dilakukan meliputi
tatakelola organisasi, tatakelola teknologi informasi, dan tatakelola
arsitektur. Pemetaaan dari tahapan ini bisa juga dipadukan dengan framework yang
digunakan untuk tatakelola seperti COBITS dari IT Governance Institute (ITGI)
(Open Group, 2009).
h. Arcitecture
Change Management
Menetapkan rencana manajemen arsitektur dari sistem yang
baru dengan cara melakukan pengawasan terhadap perkembangan teknologi dan
perubahan lingkungan organisasi, baik internal maupun eksternal serta
menentukan apakah akan dilakukan siklus pengembangan arsitektur enterprise berikutnya.
Mengenal The
Open Group Architecture Framework (TOGAF)
Gambar 2 arsitektur enterprise
Seperti ditunjukkan dalam gambar 2, TOGAF membagi
arsitektur enterprise ke dalam empat kategori, yaitu sebagai berikut :
1. Business architecture, menjelaskan
proses binis untuk memenuhi tujuannya.
2. Application architecture,
menjelaskan bagaimana aplikasi khusus dirancang dan bagaimana aplikasi berinteraksi
satu dengan yang lainnya.
3. Data architecture, menjelaskan
bagaimana enterprise datastores diatur dan diakses.
4. Technical architecture, menjelaskan
infrasrtuktur hardware dan software yang mendukung aplikasi dan interaksinya.
TOGAF menggambarkan dirinya sebagai
sebuah “kerangka,” namun bagian terpenting dari TOGAF adalah Architecture
Development Method (ADM). ADM adalah resep untuk menciptakan arsitektur.
Mengingat bahwa ADM adalah bagian dari TOGAF, TOGAF dikategorikan sebagai
proses arsitektur sedangkan ADM sebagai metodologi.
Dipandang
sebagai proses arsitektur, TOGAF melengkapi Zachman yang dikategorikan sebagai
taksonomi arsitektur. Zachman memberitahukan bagaimana mengkategorikan artefak.
Sedangkan TOGAF menciptakan prosesnya.
TOGAF pandangan dunia arsitektur enterprise sebagai
kontinum dari arsitektur, mulai dari yang sangat umum sampai kepada yang sangat
spesifik. TOGAF’s ADM menyediakan proses untuk mengemudikan gerakan dari umum
ke khusus.
TOGAF
adalah sebuah landasan Arsitektur karena terdapat prinsip-prinsip arsitektural
yang secara teoritis akan digunakan oleh organisasi TI.
Gambar 3 The TOGAF Enterprise Continuum
TOGAF
didefinisikan berbagai pengetahuan dasar yang hidup dalam Foundation
Architecture. Dan kemungkinan anda akan masuk pada Technical Reference Model
(TRM) dan Standards Information Base (SIB). TRM adalah gambaran yang disarankan
dalam sebuah arsitektur generik TI sedangkan SIB adalah kumpulan standar dan
pseudo-standar yang direkomendasikan TOGAF dalam membangun arsitektur TI.
Gambar 4 The TOGAF Architecture Development Method
(ADM)
Dalam
phase A, Analyst akan memastikan bahwa proyek tersebut memiliki dukungan yang
diperlukan dalam menentukan ruang lingkup proyek, mengidentifikasi kendala,
dokumen persyaratan bisnis, dan membangun definisi tingkat tinggi arsitektur
dan target (yang diinginkan) arsitektur.
Puncak
dari Phase A akan menjadikan Statement of Architecture Work, yang harus
disetujui oleh berbagai pemangku kepentingan sebelum tahap berikutnya. Output
dari fase ini adalah untuk menciptakan sebuah visi arsitektur untuk dapat lulus
dari siklus ADM. Analyst akan membimbing dalam melilih proyek, memvalidasi
proyek terhadap prinsip-prinsip arsitektur yang telah dibuat pada Tahap
Pendahuluan, dan memastikan bahwa para pemangku kepentingan telah
diidentifikasi dan isu-isu mereka telah ditangani.
Visi
Arsitektur dibuat Phase A akam menjadi masukan utama sebagai tujuan pada Phase
B. Pada Phase B adalah untuk menciptakan Baseline rinci, arsitektur target
bisnis dan melakukan elalisis lengkap dari kesenjangan yang terjadi.
Phase
B melibatkan pemodelan bisnis, analisis bisnis yang sangat rinci, dan
dokumentasi persyaratan teknis. Kesuksesan Phase B memerlukan masukan dari
banyak pihak. Outputnya akan menjadi penjelas rinci tentang dasar dan tujuan
target bisnis, dan deskripsi kesenjangan arsitektur bisnis.
Phase
C untuk arsitektur sistem informasi, TOGAF mendefinisikan sembilan langkah,
masing-masing dengan beberapa sub-langkah :
1. Develop Baseline data-architecture
description
2. Review and validate principles,
reference model, viewpoints, and tools
3. Create architecture models,
including logical data models, data-management process models, and relationship
models that map business functions to CRUD (Create, Read, Update, Delete) data
operations
4. Select data-architecture building
blocks
5. Conduct formal checkpoint reviews of
the architecture model and building blocks with stakeholders
6. Review qualitative criteria (for
example, performance, reliability, security, integrity)
7. Complete data architecture
8. Conduct checkpoint/impact analysis
9. Perform gap analysis
10. Yang paling penting dari tahap ini
akan menjadi Target Informasi dan aplikasi Arsitektur.
Tahap
D melengkapi arsitektur-teknik infrasturktur yang dibutuhkan untuk mendukung
arsitektur baru yang diusulkan. Fase ini selesai bila ada keterlibatan dengan
tim teknis.
Phase
E : mengevaluasi berbagai kemungkinan pelaksanaan, mengidentifikasi
proyek-proyek implementasi besar yang mungkin dilakukan, dan mengevaluasi
peluang usaha yang berkaitan dengan proyek.
Phase
F berkaitan erat dengan Phase E. Pada fase ini, Analyst bekerja dengan
Governance Body untuk mengurutkan proyek yang diidentifikasi dalam Phase E ke
dalam urutan prioritas yang meliputi biaya, manfaat serta faktor-faktor resiko.
Metodologi Pembangunan Arsitektur Enterprise
Arsitektur
Enterprise (EA) pada dasarnya adalah strategi pemanfaatan IT dan integrasi
antara pengembangan bisnis dengan pengembangan IT. EA mengambarkan rencana
untuk mengembangkan sebuah sistem atau sekumpulan sistem. Bagaimana
implementasi dari EA dapat digunakan oleh organisasi, sebaiknya mengadopsi
sebuah framework yang dapat digunakan dalam melakukan pengembangan EA tersebut.
Dengan memanfaatkan EA framework diharapkan sebuah organisasi dapat mengelola
sistem yang komplek dan dapat menyelaraskan antara pengembangan bisnis dan
pengembangan IT yang di investasikan untuk memenuhi proses integrasi setiap
komponen bagian yang terdapat didalamnya. EA framework dibuat berdasarkan “The Technical Architecture Framework for
Information Management (TAFIM)” yang dirancang oleh
Departemen Pertahanan Amerika Serikat.
Framework TOGAF merupakan satu kerangka terperinci dan
alat pendukung untuk mengembangkan satu Arsitektur Enterprise yang dipergunakan dengan bebas oleh apapun organisasi yang
mengembangkan untuk mendesain, evaluasi, dan membangun blueprint TI. TOGAF memiliki metode yang detail sekaligus tools pendukung untuk
mengimplementasikannya. Framework ini dikeluarkan oleh The Open Group’s Architecture Framework pada tahun 1995.
Metodologi untuk
desain arsitektur didalam TOGAF disebut architecture
development method (ADM) yaitu suatu proses yang
menyeluruh, terintegrasi untuk mengembangkan dan memelihara suatu Arsitektur Enterprise. ADM meliputi 9 tahapan dasar yang bersifat
iteratif , yaitu tahapan persiapan, Architecture Vision, Business
Architecture, Information System Architecture, Technology Architecture, Opportunities and
Solutions, Migration
Planning, Implementation Governance, Architecture Change Management
dan Requirements Management. Seluruh tahapan pada TOGAF ADM
merujuk pada kebutuhan organisasi dan didasarkan pada prinsip-prinsip
pengembangan arsitektur TOGAF.
ADM
membentuk sebuah siklus yangiteratif untuk keseluruhan proses, antar fase, dan
dalam tiap fase di mana pada tiap-tiap iterasikeputusan baru harus diambil.
Keputusan tersebutdimaksudkan untuk menentukan luas cakupanenterprise, level kerincian, target waktu yang
ingindicapai dan asset arsitektural yang akan digali dalamenterprise
continuum.
Gambar 5 Kerangka Kerja TOGAF
Pada TOGAF
Framework (gambar 2.4), dalam konteks Arsitektur Enterprise
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Phase persiapan (Preliminary
Phase): Merupakan fase persiapan yang bertujuan untuk mengkonfirmasi
komitmen dari stakeholder, penentuan framework dan metodologi detil yang akan
digunakan pada pengembangan EA. Pendekatan, input, dan output
dari tahap persiapandapat dilihat pada gambar dibawah.
Gambar 6 Pendekatan, input, dan
output fase persiapan
2. Phase A: Architecture Vision. Mendefinisikan scope, vision dan memetakan strategi. Fase
ini memiliki tujuan untuk memperoleh komitmen manajemen terhadap fase ADM ini,
memvalidasi prinsip, tujuan dan pendorong bisnis, mengidentifikasi stakeholder.
3. Phase B: Business Architecture. Mendeskripsikan bisnis arsitektur saat ini dan sasaran dan
menentukan celah (gap) di antara mereka. Fase B bertujuan untuk (1) memilih sudut
pandang terhadap arsitektur yang bersesuaian dengan bisnis dan memilih teknik
dan tools yang tepat (2) mendeskripsikan arsitektur bisnis eksisting dan target
pengembangannya serta analisis gap antara keduanya.
4. Phase C: Information System Architecture. Tujuan fase ini adalah untuk mengembangkan arsitektur target
untuk data dan/atau domain aplikasi.
5. Phase D: Technology Architecture. Menciptakan sasaran keseluruhan arsitektur yang akan diterapkan
pada tahapan kedepan yang akan menjadi basis implementasi selanjutnya.
6. Phase E: Opportunities and Solutions. Secara umum merupakan fase untuk mengevaluasi dan memilih cara
pengimplemetasian, mengidentifikasi parameter strategis untuk perubahan,
perhitungan cost dan benefit dari proyek serta menghasilkan rencana
implementasi secara keseluruhan berikut strategi migrasinya.
7. Phase F: Migration Planning. Fase ini bertujuan untuk mengurutkan implementasi proyek berdasarkan
prioritas dan daftar tersebut akan menjadi basis bagi rencana detil
implementasi dan migrasi.
8. Phase G: Implementation Governance. Merupakan tahapan memformulasikan rekomendasi untuk setiap
implementasi proyek, membuat kontrak arsitektur yang akan menjadi acuan
implementasi proyek serta menjaga kesesuaiannya dengan arsitektur yang telah
ditentukan.
9. Phase H: Architecture Change Management. Memonitor sistem yang sedang berjalan untuk kepentingan
perubahan dan menentukan tahapan siklus. Pada akhir fase ini diharapkan
terbentuk skema proses manajemen perubahan arsitektur
10. Requirements
Management. Bertujuan untuk menyediakan proses pengelolaan kebutuhan
arsitektur sepanjang fase pada siklus ADM, mengidentifikasi kebutuhan enterprise, menyimpan lalu memberikannya
kepada fase yang relevan.
Perancangan Arsitektur Enterprise diharapkan dapat menjawab dan
mendeskripsikan dengan jelas dan definitif aspek-aspek perencanaanArsitektur Enterprise tersebut. Masing-masing aspek memiliki korelasi yang jelas dengan
yang lainnya, sehingga memudahkan perencanaan penerapan teknologi dan
integrasinya.
DAFTAR PUSTAKA
2.
http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=15783
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dipersilahkan bagi yang ingin komentar...